9 Nov 2011

Tugas Besar di Balik Keindahan Flores


MENINGKATNYA popularitas Taman Nasional Komodo tentu menjadi modal utama pembangunan pariwisata di Nusa Tenggara Timur. Setiap tahun jumlah wisatawan, terutama dari luar negeri, terus bertambah dan menuntut pemerintah daerah untuk terus berbenah.

Kepopuleran komodo (Varanus komodoensis) terdongkrak setelah menjadi nomine tujuh keajaiban dunia baru. Ribuan turis berbondong-bondong ke Pulau Komodo untuk melihat langsung habitat asli hewan purba itu.

Gelombang wisatawan dalam jumlah besar ini lantas mendorong perubahan besar di Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, yang merupakan pintu gerbang menuju Pulau Komodo. Kini hotel-hotel baru tumbuh pesat bak jamur.

Berdasarkan catatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat, pada 2010 jumlah wisatawan mancanegara mencapai 41.707 orang, meningkat dibandingkan tahun 2009 yang 30.415 orang.

Jumlah wisatawan mancanegara ini jauh lebih banyak daripada wisatawan domestik. Tahun 2009 hanya ada 1.622 wisatawan domestik dan tahun 2010 sebanyak 2.965 orang.

Tiga tahun lalu Labuan Bajo memiliki sekitar 20 hotel. Kini kota yang dulu menjadi pelabuhan suku Bajo itu sudah memiliki dua hotel bintang empat serta 35 hotel melati dan losmen. Hotel bintang empat milik konglomerat Sofjan Wanandi hampir selesai dibangun.

Pariwisata Flores ibarat bunga yang sedang mekar dan banyak mengundang perhatian kumbang. Daerah ini memiliki prospek yang menjanjikan. Salah satu indikatornya adalah para pemodal yang mau menginvestasikan dananya dengan membuka hotel mewah dan resor di kota paling ujung barat Flores ini.

Pertumbuhan hotel ini diperkirakan bertambah pesat jika bandara internasional di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sudah beroperasi. Wisatawan mancanegara akan lebih mudah mencapai NTT.

Namun, pertumbuhan hotel yang pesat di Labuan Bajo ini justru mengundang keresahan baru bagi pengelola hotel. Jumlah hotel yang banyak menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Selain itu, yang lebih pokok lagi, hampir semua wisatawan yang datang umumnya menginap di hotel di Labuan Bajo maksimal hanya dua malam. Mereka hanya singgah di sana, kemudian menyeberang ke Pulau Komodo atau Pulau Rinca. Setelah itu, langsung ke Bali atau pulang ke negara asal.

Hotel Bintang Flores, salah satu hotel bintang empat di sana, tingkat okupansinya tidak lebih dari 30 persen. ”Ini menjadi kerugian bagi kami karena hotel harus terus beroperasi maksimal dan tentu biaya operasionalnya tinggi,” kata Kepala Personalia Hotel Bintang Flores Ambrosius Ambo.

Obyek wisata alternatif

Pemerintah daerah, kata Ambo, seharusnya mulai berpikir mengembangkan alternatif obyek wisata selain di Pulau Komodo. Pulau Flores memiliki banyak keindahan alam dan budaya yang dapat menjadi daya tarik tersendiri.

Jadi, setelah melihat Pulau Komodo, wisatawan dapat diarahkan ke timur. Ada banyak lokasi wisata dengan keindahan yang masih alami di kawasan itu. Di Kabupaten Manggarai Timur ada Danau Ranamese yang hening dan menawarkan suasana tenteram atau Gunung Anak Ranaka yang menawarkan pemandangan indah dari ketinggian.

Bergerak ke timur, di Kabupaten Ngada terdapat Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung. Di Kabupaten Ende ada Danau Kelimutu dengan danau tiga warna yang tiada duanya di dunia. Di Kabupaten Sikka ada Taman Wisata Alam Gugus Pulau Teluk Maumere.

Paling ujung timur Flores, Larantuka, merupakan lokasi ziarah rohani fenomenal, yakni devosi prosesi Jumat Agung yang dikenal dengan Semana Santa yang sudah menjadi tradisi selama lima abad. Sedikit menyeberang ke Kabupaten Lembata, persisnya di kampung nelayan Lamalera, terdapat atraksi langka di dunia, yakni perburuan paus secara tradisional.

Salah seorang yang terpukau dan ingin mempromosikan eksotisme Pulau Flores adalah Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat. Awal April lalu ia dan timnya sengaja membuat iklan produk jamu di Labuan Bajo untuk mempromosikan keindahan daerah itu. Iklan tersebut adalah iklan kedua yang dibuatnya di NTT. Februari 2010 ia juga membuat iklan di Pulau Komodo.

”Labuan Bajo ini sebenarnya pintu masuk utama ke obyek wisata dunia, yaitu Pulau Komodo. Namun, sampai saat ini tidak begitu populer namanya. Saya sendiri baru tahu kalau ada kota bernama Labuan Bajo tahun 2010 saat membuat iklan pertama,” kata Irwan.

Pemerintah daerah di setiap kabupaten/kota di Pulau Flores masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk mengembangkan sektor pariwisata. Seperti kata Direktur Promosi Dalam Negeri Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata M Faried Moertolo, keindahan alam saja tidak cukup untuk mengembangkan pariwisata.

”Pemerintah daerah harus bergerak cepat, terutama meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang pariwisata. Akomodasi dan transportasi harus dipikirkan supaya wisatawan merasa nyaman,” kata Faried.

Berjalan sendiri

Yang disayangkan pula, dengan begitu besarnya potensi pariwisata Flores, yang terdiri dari sembilan kabupaten (plus Lembata), sampai saat ini terkesan tiap kepala daerah masih berjalan sendiri-sendiri dalam mempromosikan pariwisatanya.

Salah satu contoh, tahun 2010 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Labuan Bajo mencapai 41.707 orang. Namun, berdasarkan data Taman Nasional Kelimutu, yang terdata datang ke Danau Kelimutu, Ende, cuma 7.111 orang. Selisihnya sangat besar. Ini menyiratkan banyak wisatawan asing berkunjung ke Labuan Bajo, tetapi tak ke Danau Kelimutu. Adakah sinergi yang solid dan apakah Pemkab Manggarai Barat juga turut mempromosikan keunggulan pariwisata di bagian tengah hingga timur Flores, begitu pula sebaliknya?

Community Development Program Officer Swisscontact Baban Hamdan menyatakan, dalam upaya mengembangkan pariwisata Flores, semua pemerintah daerah di pulau ini, bahkan Pemerintah Provinsi NTT, setidaknya perlu memerhatikan masyarakat di daerah penyangga kantong wisata, pemangku kepentingan pariwisata, dan infrastruktur.
sumber : Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar