9 Nov 2011
Demokrat-Golkar Favorit di Jakarta
Prabowo dan Ical Capres Pilihan
JAKARTA – Satu lagi hasil survei dirilis. Namun kali ini survei hanya mengambil sampel masyarakat Jakarta. Untuk parpol favorit, Partai Demokrat dan Partai Golkar masih menjadi pilihan warga Jakarta. Sedangkan calon presiden (capres), urutan satu dua diduduki Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie. Hasil survei Indoresearch menyebut, Partai Demokrat dipilih 33,4 persen, lalu Partai Golkar 16,7 persen, PKS (11,5), PDIP (11,0), PPP (7,4), tidak tahu/tidak menjawab (7,1), Gerindra (4,6), PAN (2,7), rahasia (1,4), Hanura (1,3), PKB (1,1), PDS (0,5), dan PBB (0,3). Menurut Managing Director Indoresearch, Indra Surahman, survei ini dibuat secara independen. “Kami membuat survei ini murni untuk kepentingan masyarakat. Dan, supaya masyarakat tahu mengenai figur-figur capres dan parpol pilihan mereka. Kami tidak memiliki klien partai politik,” ujarnya, kepada wartawan, kemarin (8/11).
Dijelaskan, proses pengumpulan data ini dilakukan pada September 2011 dengan jumlah responden 1.000 orang di enam wilayah kotamadya/ kabupaten di DKI Jakarta. Tingkat keyakinan survei ini, lanjutnya, adalah 95 persen dengan margin error sekitar 3,2 persen. “Target populasi untuk survei di DKI Jakarta ini adalah pria dan wanita, dengan responden yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah ketika survei dilakukan,” katanya. Apa alasan masyarakat DKI memilih Prabowo dan Ical sebagai capres favorit? Indra menjelaskan, dari survei itu, sebagian besar memilih Prabowo dan Ical sebagai capres pilihan favorit karena Ical sudah melakukan branding cukup intens di berbagai media promosi. “Di samping itu, Ical juga sebagai ketum Golkar sering tampil di berbagai even dan media,” paparnya.
Menurut Indra, hal lain yang dilihat juga adalah karena Ical dan Prabowo dianggap sebagai figur yang paling siap dibandingkan figur lainnya. “Apalagi Prabowo pernah jadi cawapres dan punya potensi serta finansial kuat dan menjual jargon kerakyatan serta nasionalisme,” cetusnya. Untuk Ical, ungkapnya, ketua umum Partai Golkar ini memiliki potensi dan jaringan kuat partai serta sosok pengusaha yang sukses, yang diyakini masyarakat dapat menjadi presiden. Yang menarik, nama SBY dan Megawati dalam survei ini malah di urutan bawah. Mengapa? SBY turun, ucapnya, karena sebagian masyarakat Jakarta sudah tahu bahwa ketua dewan pembina Partai Demokrat itu sudah tidak bisa mencalonkan lagi karena sudah 2 periode. “Meski ada yang memilih, tapi, kecil prosentasenya.
Untuk Mega, masyarakat Jakarta menilai Mega sudah 2 kali kalah dalam pilpres. Dan dianggap sebagai ‘stok lama’. Bukan tidak populer, melainkan masyarakat menilai Mega tidak perlu maju lagi. Dan masyarakat tahu Mega tidak akan naik lagi,” jelasnya. Indra menambahkan, survei ini adalah survei elektabilitas, dan bukan popularitas. “Ya, sebenarnya memang kalau survei komprehensif itu menyangkut elektabilitas, popularitas dan akseptabilitas. Tapi, sementara ini kami membuat survei elektabilitas karena di politik itu muara atau tujuan akhirnya adalah memilih (elektabilitas) ini,” cetusnya. Sementara itu, untuk partai politik, Indra mengatakan, jika pemilu legislatif diadakan hari ini di DKI Jakarta, maka pemenangnya adalah Demokrat dan Golkar. PKS yang pernah menjadi jawara pemilu dan pemilu kemarin nomor 2 di bawah Demokrat, dalam survei ini, melorot di posisi tiga di bawah Golkar.
Mengapa Demokrat yang diterpa “badai” isu korupsi dan lainnya tetap bertengger menjadi jawara seperti pemilu kemarin? Indra menjelaskan, sebetulnya masyarakat Jakarta atau rakyat Indonesia secara umum itu pemaaf. ”Dan juga pelupa. Karena hampir semua partai juga punya kesalahan seperti yang terjadi di Demokrat ini (isu korupsi dan lain-lain). Tapi, ternyata, masyarakat tidak terpengaruh dengan isu-isu tersebut,” terangnya. Untuk Golkar, kata dia, partai ini bisa naik secara signifikan karena ada penurunan tren terhadap PKS. “Selain itu, masyarakat Jakarta melihat bahwa bentukan orde baru ini masih cukup layak dipilih karena faktor kekuatan brand Golkar yang cukup bagus. Sebaliknya, masyarakat ibukota melihat PKS tidak seperti partai yang mereka harapkan,” katanya. Saat ditanya mengapa survei ini dilakukan di Jakarta? Dijelaskannya, sementara ini memang sengaja membuat survei di DKI karena Jakarta adalah barometer (politik) Indonesia.
sumber : Indopos
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar