16 Nov 2011

Pintu Tol Perparah Kemacetan


JAKARTA - Lokasi pintu masuk dan keluar tol di Jakarta kerap menjadi penyebab kemacetan arus lalu lintas. Dari sekian banyak pintu tol penyebab macet, ada dua yang menjadi sorotan. Yakni pintu masuk tol di kawasan Semanggi dan Tebet, serta pintu masuk tol kawasan Slipi, Jakarta Barat.

Karenanya Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah berkoordinasi dengan Jasa Marga untuk mengatasi persoalan itu.Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, kemacetan akibat keberadaan pintu masuk tol Semanggi I dan II telah jadi pembahasan. Solusinya, pintu masuk tol Semanggi I akan ditutup secara permanen.

Hanya saja, penutupan itu menunggu penyelesaian pelebaran ruas jalan di dekat pintu masuk tol Semanggi II. "Sedang dipersiapkan untuk pelebaran jalan, supaya ruas jalannya sesuai, tidak bottle neck (menyempit)," ujar Pristono kepada INDOPOS (JPNN Group), Selasa (15/11).

Menurut dia, kondisi demikian terjadi lantaran tata letak pintu tol yang kurang tepat. Selain itu, sistem ticketing yang mengharuskan pemilik kendaraan melakukan transaksi pembayaran. "Seharusnya saat masuk tidak bayar. Saat mau keluar bayar. Atau gunakan sistem buka otomatis," tandasnya.

Proses transaksi dengan menggunakan sistem pembayaran cash, sambung Pristono, masih digemari masyarakat. "Kalau saja menggunakan kartu, seperti smarttec yang digunakan negara luar, maka prosesnya bisa cepat. Teknologinya sederhana kok," tutur dia.

Sedangkan kemacetan arus lalu lintas akibat keberadaan pintu masuk tol di kawasan Tebet II, diakibatkan posisi pintu masuk tol yang berdekatan dengan ruas jalan Tebet Barat. "Kondisi demikian terus kita komunikasikan dengan pihak Jasa Marga," tutur Pristono.

Begitupun lokasi pintu masuk tol di kawasan Slipi. Hanya saja, sambung Pristono, di lokasi tersebut masih bisa ditoleransi. "Kalau di kawasan Slipi agak sulit, jadi biarkan saja," imbuh dia.

Ketika ditanyakan target penyelesaian perubahan pintu masuk tol bermasalah, Pristono belum bisa memastikan. Sebab proses itu tergantung pihak Jasa Marga. "Kalau kita mau secepatnya," pungkasnya.

Dihubungi terpisah, pihak Jasa Marga sebagai otoritas pengelola jalan tol menegaskan bahwa belum ada rencana pemindahan pintu tol. "Kita sedang melakukan upaya penanganan antrean panjang di gerbang-gerbang tol yang rawan macet khususnya pada jam-jam sibuk," kata Direktur Operasi PT Jasa Marga Tbk, Adityawarman, Selasa (15/11).

Menurut Adit, pihaknya sudah melakukan rapat interen untuk pengoperasian gerbang tol saat jam sibuk (waktu premium) pada 10 November lalu dan mendapatkan beberapa solusi untuk mengurangi kemacetan akibat antrian kendaraan saat masuk tol. "Pada intinya tidak ada relokasi gerbang tol, yang ada penambahan gardu," ujarnya.

Untuk tol dalam kota, pada dasarnya tidak ada pemindahan. "Program sedang kami susun tetapi surat direktur operasi sudah dikeluarkan, Insya Allah dalam waktu dekat akan diimplementasikan," kata Adit. Dia menjelaskan, Jasa Marga mengupayakan mengurangi antrean di gerbang tol dengan cara menambah jumlah petugas untuk melakukan jemput transaksi.

Jemput transaksi maksudnya adalah selama antre ada petugas yang menjemput untuk melakukan transaksi tidak di gardu. Misalnya, untuk GT Karang Tengah ada 8 orang yang dikerahkan untuk jemput transaksi. "Ada delapan gardu, jadi ada penambahan 1 orang tiap gardu," kata Adit.

Jam operasinya pada jam premium. Sementara untuk GT Karang Tengah diberlakukan jemput transaksi jam 15.00-21.00 sebanyak 16 orang untuk 16 gardu. "Begitu pula dengan GT Cililitan, Halim, Kamal, Veteran, Cikunir," ujar Adit.

Selain pengaturan pembayaran jemput transaksi, Jasa Marga juga akan menambah gardu operasi pada gerbang tol. Penambahan GT pada ruas tol Jagorawi, Janger, Cililitan (CTC), Purbaleunyi, Jakarta-Cikampek. Kemudian, yang dikelola anak usaha PT JLJ yakni GT Pondok Ranji, GT Ciputat 1, GT Pondok Pinang, GT Fatmawati 1, GT Ampera 2, GT Lenteng Agung 2, GT Lenteng Agung 1, GT Jatiwarna 2, GT Jati Asih 2, GT Cikunir 2, GT Bintara, GT Cakung 1, dan GT Rorotan.

GT yang dianggap gerbang sibuk yakni GT Karang Tengah (ruas Jakarta-Tangerang via Kebon Jeruk), GT Cililitan (depan kantor pusat Jasa Marga TMII), GT Halim, GT Wilayah Timur, GT Wilayah Barat, GT Kamal 1, GT Slipi, GT Kuningan 1, GT Senayan, GT Tebet 1, GT Semanggi 2. Kemudian, ruas Jalantol Lingkarluar Jakarta (JLJ) yakni GT Veteran, dan GT Cikunir.

Adit menambahkan rata-rata penambahan gardu operasi pada masing-masing GT adalah minimal tambah 1 gardu dan maksimal 7 gardu di GT Cimanggis Utama (ruas Jagorawi). "Di ruas Jakarta-Cikampek akan ada penambahan dua gardu E-Toll," katanya. Dana yang dibutuhkan untuk penambahan petugas tambahan jemput transaksi sedikitnya Rp 6,5 miliar. "Untuk penambahan gardu operasi masih belum fix kebutuhan dananya," ujarnya.

Berdasarkan pantauan INDOPOS, pintu tol yang berpotensi menimbulkan kemacetan akibat bersinggungan dengan jalur busway dan kendaraan yang lewat jalur arteri yakni pintu tol Slipi, pintu tol Kuningan 1, pintu tol Senayan (sudah ada penambahan dua gardu tetapi belum dioperasikan), dan pintu tol Tebet 1. Pintu tol Semanggi 1 sudah tidak dioperasikan lagi mengingat banyak persilangan jalur dari busway, bundaran Semanggi dan gerbang tol keluar Sudirman-Bundaran HI.
sumber : Indopos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar