15 Nov 2011

Pengiriman Sabu Senilai Rp 90 Miliar Digagalkan

Lampung Selatan - Kepolisian Resort Lampung Selatan menggagalkan pengiriman sabu-sabu seberat 45 kilogram atau senilai Rp 90 miliar. Puluhan kilogram sabu itu diduga berasal dari Cina. "Barang haram itu dikirim melalui Pekan Baru dengan menggunakan bus umum," kata Ajun Komisaris Besar Bahagia Dachi, Kepala Polres Lampung Selatan, Kamis, 13 Oktober 2011.

Pengungkapan narkoba golongan satu itu berawal dari razia rutin di pintu gerbang pelabuhan atau Seaport Interdiction Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, pada Selasa, 11 Oktober 2012, pukul 01.30 WIB. Petugas satuan narkoba curiga dengan 45 bungkus paket dalam bagasi bus. Paket yang disamarkan dalam kardus rokok itu diketahui milik Andy Yam bin Abue, warga Jalan Angkasa Gg Angkasa III Nomor 11 Desa Air Hitam, Kecamatan Payung, Sekaki Pekanbaru. "Tersangka mengaku sudah dua kali mengirim sabu ke seorang bandar narkoba di Jakarta dengan berat yang sama," katanya.

Dari keterangan tersangka Andy, polisi kemudian mencokok Leong Kim Ping, 39 tahun, di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta pada hari yang sama. Warga Malaysia itu mengakui pernah menerima kiriman 600.000 butir ekstasi. "Mereka merupakan sindikat internasional," kata Dachi.

Saat diperiksa polisi, Andy yang berperan sebagai kurir mengaku mendapat bayaran Rp 30 juta. Dia mengaku diperintah Franky, warga Pekan Baru, yang saat ini masih diburu polisi.

Selain menyita 45 kilogram sabu, polisi juga menahan Bus PO. SAN nomor polisi BM 7086 LU, jurusan Pekanbaru-Jakarta, mobil Avanza milik tersangka, 20 buah kartu telepon seluler, alat penghisap sabu dan ekstasi sebanyak 1.910 butir.

Terungkapnya pengiriman sabu dalam jumlah besar itu mengindikasikan para sindikat internasional telah mengubah jalur distribusi ke jalur darat, Jalan Lintas Sumatera.

Menurut catatan polisi sedikitnya sudah 85 kilogram sabu disita selama tahun 2011. "Semuanya digagalkan saat hendak menyeberang ke Pelabuhan Merak. Itu murni kejelian petugas saat memeriksa ribuan kendaraan yang hendak menyeberang. Kami bekerja secara manual tanpa alat canggih," katanya.
sumber : Tempo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar