Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani menyatakan Indonesia bisa terkena imbas krisis keuangan di Eropa melalui jalur perdagangan. Pasalnya, Indonesia adalah negara yang memiliki tujuan ekspor sangat beragam.
Hal itu dikatakan Sri Mulyani seusai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/11). Sri Mulyani mengatakan dampak tersebut diperkirakan baru diterima Indonesia pada periode kedua krisis yang terjadi di negara-negara Benua Eropa.
"Indonesia akan terpengaruh lebih pada second roundnya karena mungkin destination yang berasal dari Asia baru akan terkena sesudah mereka," ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, dampak krisis keuangan di Zona Eropa akan menjalar ke negara-negara lain di berbagai belahan dunia melalui beberapa jalur, di antaranya adalah perdagangan, capital flow dan remittance. Indonesia, lanjut dia, tidak akan terlalu dipengaruhi oleh transmisi dampak krisis Zona Eropa melalui remittance.
Namun, menurut mantan Menteri Keuangan yang mengundurkan diri dari Kabinet Indonesia Bersatu II pada 2010 itu, Indonesia harus berhati-hati menghadapi resiko krisis yang mengalir dari arus keluar-masuk modal karena berkaitan dengan persepsi resiko yang bisa menimbulkan gejolak.
"Itu lebih kepada sentimen, dan itu harus betul-betul dijaga. Sentimen itu berhubungan dengan persepsi resiko, jadi mengenai volatilitas atau gejolak arus masuk dan keluar menjadi sangat penting," tuturnya.
Indonesia, menurut Sri Mulyani, tetap harus hati-hati mengelola anggaran karena krisis di Zona Euro masih terus berkembang dan menciptakan ketidakpastian pada tingkat global. "Kita harus tetap hati-hati, barangkali yang paling penting itu," ujarnya.
Sri Mulyani juga menyatakan saat ini prediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju tengah dikoreksi ulang. Pertumbuhan negara-negara maju, menurut dia, diperkirakan akan menurun sebesar 0,6 persen sedangkan kawasan Asia juga akan terkena imbas melalui transmisi jalur perdagangan.
sumber : Media Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar